GURU YANG HARUS MERANGKUL SEMUA MURID

Guru, adalah sebuah profesi yang luar biasa hebat. Namun jika boleh jujur, menjadi guru tidak pernah terpikirkan oleh saya yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang dokter. Hingga pada pada masa remaja Allah SWT menunjukan melalui skenario yang diciptakan-Nya hingga Riyo remaja harus menyerah menjadi dokter dan berpikir menemukan jalan hidup lain. Ya, jadi Guru.


Dengan pilihan tersebut, saya membulatkan tekat dan menjalani berbagai konsekuensi untuk menjadi seperti apa yang saya inginkan. Alhamdulillah, saat ini saya menjadi seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam di salah satu sekolah swasta yang ada di Kota Bandar lampung. Sekolah swasta yang baru berdiri di tahun 2017, yakni SMP Islam El Syihab.

Baru 3 tahun saja saya bertugas sebagai guru, durasi waktu yang mungkin belum ada apa-apanya dengan guru lain yang lebih hebat dan lebih senior. Karena kurangnya jam terbang tersebut, saya selalu berupaya memperluas wawasan untuk meningkatkan kompetensi saya meskipun sejak awal menjadi guru saya selalu berusaha untuk memaksimalkan apa yang saya miliki untuk menunjang kehidupan saya sebagai seorang guru.

Menurut saya, mengajar materi IPA kepada siswa SMP memiliki tantangan tersendiri. Siswa SMP adalah seorang yang anak yang sedang mencoba beranjak dewasa, sehingga hal tersebut mempengaruhi pola pikir dan rasa ingin tahu mereka dalam memahami materi. Selain itu intake siswa siswi yang beragam membuat saya sebagai guru harus memiliki banyak metode belajar yang sesuai untuk memahamkan siswa tentang materi yang dipelajari, sesuai dengan prinsip yang diajarkan guru saya dulu bahwa "seorang guru akan berhanti menjadi guru apabila dia tidak menemukan hal baru untuk memahamkan siswanya".

Dalam kondisi normal, banyak hal yang bisa dieksplorasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya melalui praktikum. Karena kebetulan sekolah tempat saya bekerja adalah sekolah yang tergolong baru sehingga wajar masih ada keterbatasan fasilitas pembelajaran salah satunya sarana penunjang praktikum. Keadaan ini secara tidak langsung memaksa saya untuk mencari alternatif melakukan praktikum dengan hal-hal di sekitar. Tujuannya adalah saya harus berhasil memvisualisasikan konsep-konsep IPA yang sebagian besar bersifat abstraktif.

Hal berbeda selama masa pandemi covid 19 ini. Yang diawal kemunculannya, covid 19 membuat tidak ada pembelajaran tatap muka dan pola pembelajaran KBM di sekolah menjadi menggunakan pola daring atau online. Selain tanpa KBM tatap muka, durasi belajar peserta didik juga berubah. Sehingga membuat penyampaian materi lebih singkat dan harus lebih efektif. Komunikasi menjadi hal yang pening dalam pembelajaran terbatas.

Mengajar hal yang demikian itu menjadi salah satu nikmat dari berbagai nikmat menjadi seorang guru. Menjadi semakin nikmat karena saya bisa terus mengeksplorasi pikiran yang kebetulan berpikir adalah menjadi hobi saya selain bermusik. Seorang guru tidak hanya dituntut berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan materi pembelajaran, menuntaskan KKM dan meluluskan siswa saja, namun seorang guru juga harus bisa menjalin kedekatan emosional yang baik untuk memahamkan materi kehidupan serta mendidik pribadi siswa menjadi lebih baik sebagai penerus bangsa.

Muaranya, diharapkan seorang guru harus menjadi teladan bagi muridnya. Faktanya, ada murid yang bahkan tidak tertarik meneladani bahkan saat seorang guru itu sudah menjadi guru yang patut diteladani. Menurut saya hal ini adalah karena kesibukan guru menjadi pribadi lain untuk dapat simpati dari siswa agar menjadi teladan, hingga mengabaikan komunikasi. Padahal guru harusnya membangun ikatan komunikasi yang baik dengan siswa untuk membuat siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat yang harus diteladani atau dijadikan contoh oleh siswa dari diri guru tersebut.

Meski demikian, jangan kemudian diartikan bahwa seorang guru tidak perlu memperbaiki sifat buruknya sebagai manusia saat menjadi guru. Memperbaiki diri itu harus dan memantaskan diri itu perlu, tapi tidak untuk menjadi orang lain.

Kemudian seorang guru harus mampu merangkul semua muridnya. Banyak seorang yang baru menjadi guru ingin menjadi guru yang disukai semua siswanya. Padahal maksud dari "seorang guru harus mampu merangkul semua muridnya" bukan berarti guru itu harus menjadi guru yang difavoritkan semua siswa, atau lebih ekstrimnya lagi menjadi guru yang mampu membuat semua siswa nyaman. Bagi saya yang lebih tepat adalah bagaimana masing-masing guru dengan gaya mengajar dan berinteraksinya masing-masing bisa menjadi ruang yang beragam untuk menjalin kedekatan emosional dengan beragam karakter murid. Sehingga tiap tipikal murid menemukan guru dengan frekuensi komunikasi yang sesuai dengannya. Saat hal itu terjadi, maka guru itulah yang disebut guru merangkul semua murid, bukan 1 guru merangkul semua murid.

Bagi saya dinamika tersebut yang membuat guru menjadi profesi yang menyenangkan. Langkah konkretnya adalah dengan terus meningkatkan kompetensi kita sebagai guru dan mulai dengan menjadi teladan bagi siswa yang satu "frekuensi" dengan kita. Semoga kita sebagai guru selalu diberi kemudahan untuk mengajar dan mendidik siswa kita. Aamiinn.

Salam Hormat,
Salam Pratamastik.



Oleh

Riyo Arie Pratama, S.Pd

(Guru IPA SMP Islam El Syihab Bandar Lampung)
    

Posting Komentar

13 Komentar