Cinta yang Tak Terbalas: Kisah Alexander dan Raja Tak Bertahta

Di sebuah kerajaan yang jauh di abad pertengahan, hiduplah seorang pria tampan bernama Alexander. Namun, orang-orang lebih mengenalnya dengan nama panggilannya yaitu "Raja Tak Bertahta", karena meski dia memang seharusnya menjadi raja, namun situasi politik di kerajaannya sangat kacau dan dia tidak benar-benar naik tahta dalam waktu yang lama.


Alexander tumbuh menjadi pria yang tenang, bijaksana, dan penuh kasih sayang. Dia dididik di sekolah-sekolah terbaik dan menjadi ahli dalam seni dan sastra. Namun, meski dia pandai dalam bidang tersebut, dia sebenarnya lebih suka meluangkan waktu membaca buku-buku sejarah dan filsafat.

Kehidupan Alexander yang tenang berubah ketika dia bertemu dengan seorang wanita cantik yang bernama Isabella. Isabella adalah putri seorang bangsawan yang sangat kaya dan memiliki ketertarikan yang sama dengan Alexander terhadap ilmu pengetahuan dan seni. Mereka bertemu di sebuah pesta dansa, dan meski awalnya canggung, namun mereka akhirnya mulai saling mengenal.

Ketika Alexander mengetahui bahwa Isabella adalah putri seorang bangsawan, dia merasa sedih. Dia tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa bersama karena perbedaan status sosial mereka. Namun, meski dia mencoba untuk berpikir indah, tetap ada ketakutan yang mengganjal di dalam hatinya. Apakah Isabella benar-benar akan menerima dia sebagai pangeran yang tidak berkuasa?

Hari-hari berlalu, Isabella dan Alexander terus bertemu dan berbicara tentang banyak hal yang mereka sukai. Semua perjumpaan mereka menjadikan Alexander semakin terpesona. Dia merasa bahwa Isabella adalah wanita yang dia impikan selama ini. Namun, keinginan untuk bersama dengan Isabella muncul dan hilang di saat yang sama. Dia tidak tahu bagaimana melawan hatinya yang berkata kuat untuk mulai memperjuangkan cintanya pada Isabella.

Namun satu kesempatan akhirnya datang, Alexander mendapat kabar bahwa suatu pertemuan penting akan digelar antara ayah Isabella dan ayah Alexander. Dia kemudian berpikir untuk datang kepertemuan itu dan membicarakan perasaannya pada ayah Isabella.

"Maafkan saya mengganggu waktu Anda, bangsawan. Saya tahu saya bukanlah seorang raja. Namun, jika Anda berkenan, biarkan saya datang sebagai pria biasa untuk meminta tangan putri Anda bila Anda tidak keberatan," kata Alexander dengan berani.

Ayah Isabella terkejut, namun dia juga merasa tersentuh oleh keberanian Alexander. Oleh karena itu, dia memberikan izinnya atas permintaan Alexander. Alexander kemudian dengan cepat mempersiapkan segala sesuatunya dan berpakaian sebagai pria biasa.

Ketika Alexander tiba di istana, dia melihat betapa rugi dirinya karena tidak bisa menjabat tangan Isabella ketika dia melihat perahu Isabella telah datang di pelabuhan. Dia ingin sekali memberikan kejutan pada putri bangsawan itu. Dan pada akhirnya, dia akhirnya melakukannya.

"Isabella, saya adalah orang yang paling bahagia sekarang ini. Saya akan mencintaimu selamanya". Kata Alexander ketika Isabella tiba di istana.

Mereka berpeluk dan mencium satu sama lain, sementara ayah Isabella tersenyum di belakang mereka. Akhirnya, Alexander mencapai tempat yang selama ini ia Impikan. Meskipun dia tidak menjadi raja, namun dia memiliki Isabella di sisinya, yang akan selalu cintanya sampai dia menjadi raja.

Setelah Alexander mengungkapkan perasaannya dan meminta tangan Isabella untuk dinikahinya, mereka merencanakan pernikahan mereka dengan begitu cinta yang dalam. Semua orang yang mengenal pasangan tersebut, termasuk ayah Isabella, merasa sangat bahagia dan mendukung hubungan mereka.

Namun, kebahagian pasangan tersebut tidak bertahan lama. Beberapa saat sebelum pernikahan, kerajaan yang sedang dalam kekacauan itu tiba-tiba diserang oleh pasukan dari kerajaan tetangga, yang dianggap memiliki kemarahan pribadi terhadap keluarga Alexander. Pertempuran sengit terjadi dan AKsepertinya semua pasukan kerajaan terlihat muak di lapangan.

Sambil memimpin pasukan tertentu melawan musuh, Alexander terkena luka parah di bagian perut dan Isabella yang merupakan benteng terakhir dalam benteng istana, merasa takut kehilangan Alexander karena ia jatuh di hadapannya. Isabella berusaha melakukan upaya terus menerus untuk menyelamatkan Alexander sampai waktu pasukanya tiba dan berhasil memenangkan pertempuran.

Tapi terlambat, Alexander meninggal di tangan Isabella karena luka yang sangat parah tersebut tidak dapat tertolong lagi. Isabella sangat merasa kehilangan dan tidak tahu bagaimana cara melanjutkan hidup tanpa kekasihnya.

Meskipun sangat sedih atas kehilangan Alexander, Isabella menemukan kekuatan dan tekad di dalam dirinya untuk melanjutkan kehidupannya. Dia memutuskan untuk mencederai kerajaannya menjadi lebih baik dan melanjutkan visi yang diidamkan oleh Alexander. Dia membangun cintanya dan mengingatinya, dan akhirnya menjadi seorang ratu yang kuat yang selalu mempertahankan lembah kebahagiaan yang dicanangkan oleh Alexander semasa hidupnya.

Sebagai tanda penghormatan kepada Alexander, Isabella membangun taman yang indah dan menempatkan patungnya sebagai simbol cinta mereka yang selalu terjaga. Setiap tahun, di hari pernikahan mereka yang tidak sempurna tapi penuh kasih, Isabella dan seluruh kerajaan mengadakan sebuah acara di taman itu untuk mengenang cinta mereka, dan semua orang merasa terinspirasi untuk membangun kehidupan lebih baik, seperti yang Alexander inginkan.

Posting Komentar

0 Komentar