MENYUSURI 2021 MENYAMBUT 2022 BERSAMA SATUGURU

Bagi saya, guru bukan sekedar profesi. Guru juga cita-cita dan ruang untuk saya bisa berlaku baik dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena itu, sangat diperlukan konsistensi dalam berkarya sebagai guru.

Setiap profesi pasti memiliki rintangan dan tantangannya masing-masing. Tantangan sebagai guru bukan hanya datang dari sudut siswa, orang tua, maupun guru itu sendiri, melainkan juga datang dari faktor lingkungan. Kondisi lingkungan belajar cenderung lebih masif dalam membentuk apa yang disebut iklim belajar. 


Logo SATUGURU


Hoy dan Miskell (1982) yang dikutip oleh Tarmidi menjelaskan bahwa iklim merupakan kualitas dari lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.  Hoy dan Miskell (1982) menambahkan bahwa istilah  iklim  seperti halnya  kepribadian pada manusia.  Artinya, masing-masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak sama dengan kelas-kelas yang lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau arsitektur yang sama.

Iklim belajar terbentuk bersinggungan erat dengan mentalitas dan kepribadian seseorang, sedangkan mentalitas pribadi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, lingkungan berperan masif dalam membentuk iklim belajar peserta didik.

Tahun 2020 adalah tahun dimana kita sebagai guru diuji dengan iklim belajar yang berbeda dari tahun sebelumnya. Bagaimana tidak? Di tahun ini kita dikejutkan dengan datangnya virus corona (Covid-19) yang secara langsung membuat bentuk pembelajaran dari menggunakan pembelajaran tatap muka (PTM) berubah menjadi berbasis online (daring). Hal ini tentu sangat berpengaruh pada mentalitas guru dan metode pembelajaran yang biasa digunakan. 

Mungkin bagi sebagian guru yang memiliki pengetahuan IPTEK lebih, tidak terlalu terkejut dan akan lebih mudah beradaptasi dengan pembelajaran online. Namun tidak demikian bagi sebagian guru yang dapat dikatakan pengetahuan IPTEK nya sangat kurang, yang sangat kesulitan dengan iklim belajar online (daring). 

Pada kondisi ini guru dipaksa untuk beranjak dari zona nyaman untuk melakukan hal baru dalam kondisi mengejutkan yang juga baru. Para guru dipaksa beradaptasi secepat mungkin untuk tetap optimal dalam memfasilitasi belajar peserta didiknya. Hal yang dilakukan oleh para guru adalah dengan mempelajari dan mulai berani menerapkan beberapa metode dan model belajar baru yang mungkin belum digunakan. 

Selain itu para guru juga terus meningkatkan kompetensi mereka dengan hal penunjang lainnya. Komunitas Satuguru menjadi salah satu wadah berkegiatan para guru untuk berkarya, menemukan relasi, bahkan menemukan inspirasi untuk menunjang keprofesiannya dan pastinya untuk meningkatkan kompetensi.


Video Kegiatan SATUGURU


Waktu berjalan hingga tiba pada tahun 2021. Semua belum pulih seperti sebelum pandemi, namun terjadi perbadaan yang cukup baik. Hal ini mungkin dikarenakan oleh waktu 1 tahun berjalan yang membuat para guru sudah mulai lebih adaptif dengan iklim pembelajaran yang ada. Namun tantangan belum usai, karena faktanya kita kembali dihadapkan dengan sistem belajar baru.  Kita sebagai guru diminta beradaptasi lagi dengan pola yang baru, yaitu semi online atau tatap muka terbatas. Hal ini juga didorong oleh permintaan wali murid yang mungkin mulai merasakan sulitnya mendampingi putra dan putrinya belajar di rumah. Pola ini dikatakan berbeda karena guru harus membuat sitematika belajar tatap muka tapi dengan durasi yang lebih singkat. Selain itu guru harus mengajar 2 kali dalam sehari pada kelompok kelas yang berbeda akibat dari pembatasan kelas oleh social distancing. 

Yang agak sedikit menyulitkan adalah guru harus tetap mengondisikan pencapaian pembelajaran tiap kelas tetap relatif sama dengan pembagian kelas yang kurang representatif.

Namun seiring berjalannya waktu serta diringi dengan usaha yang luar biasa, perlahan tapi pasti kita sebagai guru mulai bisa menemukan ritme dan formula belajar yang harus kita terapkan untuk mengoptimalkan peran kita dalam  memfasilitasi belajar anak didik kita. 

Bagi saya, tahun 2022 adalah tahun penuh pengharapan dan tahun penuh ambisi. Pengharapan yang besar agar pandemi segera berlalu, sehingga kita bisa membawa iklim belajar yang sudah mulai baik ini pada lingkungan yang juga baik. Pengharapan agar peserta didik yang lulus dapat merasakan hakikat kelulusan dan euforia kelulusan yang positif. Ambisi di tahun 2022 adalah mencapai beberapa titik pencapaian pribadi yang selama ini belum tercapai.

Resolusi ditahun 2022 untuk kita semua selaku guru, harapannya kita sebagai guru benar-benar bisa mengembalikan iklim belajar yang baik untuk peserta didik dengan metode apapun nantinya. Kita juga wajib berperan aktif dan juga mendorong instansi terkait untuk segera menyelesaikan problematika pandemi di Indonesia ini.


Guru Sukses, Indonesia Jaya !!!


OLEH

Riyo Arie Pratama, S.Pd
Guru IPA
SMP Islam El Syihab Bandar Lampung



#SATUGURU

#satuguru


Posting Komentar

1 Komentar