Logika Cinta

  
Credit Picture https://www.popbela.com/


        Setiap zaman di dunia ini akan memiliki kencederungan perbedaan sesuatu yang menjadi poros dan topik utamanya. Sebut saja zaman orba, topik utama yang penjadi poros adalah demokrasi. Kritik-kritik tersebut dirangkai menjadi puisi-puisi bermajas ironi, menjadi surat-surat kaleng, hingga dibungkus dalam sebuah lagu. Karenanya, pada zaman inilah lagu-lagu balada terdengar lantang, bahkan terkesan garang. “Lain dulu, lain sekarang”, itu dalil yang biasa dihembuskan oleh mereka yang ingin menunjukan perubahan yang mereka bawa.
            Saat ini, di Indonesia Raya yang merdeka ini sudah memiliki topik utama lain yang
menjangkiti masyarakatnya. Desa maupun kota, tua maupun muda, semua larut dengan ini. Ya, inilah cinta. Pasti kalian tahu dan pernah merasakan cinta, atau dalam bahasa arabnya dikenal dengan mahabbah. Kemudian apasih cinta itu? Kita bisa temui banyak definisi cinta berdasarkan perspektif perasaan si pelaku cinta tersebut. Tapi kalau ditanya definisi ilmiahnya maka mungkin jawabnya, disadur dari Daily Milk, sebuah penelitian di university of pavia, italia yang dipimpin oleh dr. Enzo Emauele menemukan bahwa cinta adalah sebuah debar dalam otak yang beral dari protein yang bernama Nerve Growth Factor. Tapi cinta memang sangat luas jika dimaknai dengan kata-kata. Ada yang memaknainya sebagai rasa suka berlebihan. Ada yang mengartikan sebagai rasa takut kehilangan. Hingga ada yang merasakan bahwa cinta itu damai, rasa nyaman bersama pasangan kita. Yah, mungkin itu benar, tapi bisa saja salah. Biarkan makna cinta menjadi misteri dan muncul dari yang terilhami olehnya saja.
            Di Indonesia saat ini cinta menjangkit hingga memunculkan istilah-istilah baru yang kemudian menjadi istilah lagi. Gaul, lebay, gegana, dan sebagainya. Bahkan menurut mereka sekarang, gaul sudah memunculkan bahasa, contohnya seperti yang sudah disampaikan pada kalimat sebelumnya. Lagu-lagu galau laris dipasaran. Ratusan musisi dengan jutaan karyanya saat ini mayoritas mengusung tema cinta. “Sungguh dahsyat memang engkau, wahai cinta”. Karena lagu menjadi hal yang paling diminati di zaman ini, maka semua efek dari cinta itu terserap nyata. Kegalauan, amarah, dan kesedihan, semua terserap dan merasuk dalam hati dan sanubari pendengar musik di tanah air ini. Sehingga cinta semakin dalam merasuk di jiwa manusia.
            Pada dalil sosialnya, cinta juga berpengaruh dalam interaksi sosial masyarakat di Indonesia. Cinta merubah rasa benci menjadi suka dalam waktu semalam. Cinta juga bisa merubah suka menjadi benci dalam semalam, keduannya berbanding lurus. Mekanisme kerjanya seperti apa hingga itu bisa terjadi? Semua itu belum bisa saya ketahui, karena memang rumus cinta belum ditemukan, layaknya belum ditemukannya rumus dunia.
            Cinta akan mendorong orang yang dijangkiti olehnya untuk mampu bisa menyembunyikan segala keburukan dirinya didepan orang yang dicintainya. Hingga kemudian cinta melatihnya lidahnya untuk berucap hal-hal menakjubkan yang menjadikan orang yang dicintainya tersipu malu dan tersanjung, walau biasannya cinta membuat semua kaku pada awalnya. Namun kekakuan ini lekas dan berakhir menjadi pujian-pujian yang terkadang dipaksakan hingga terasa seperti bohong dan fitnah pada suatu ketika. Kemudian orang yang dicintai mulai menaruh hati dan membalas cintanya, dan membuat keduanya saling menyintai.
            Setelah proses ini, semua terasa indah. Serasa dunia adalah milik keduannya sedang orang lain mungkin sedang membayar sewa, bahkan cenderung dianggap tidak ada. Semakin hari semakin banyak pujian atau kebohongan yang dibuat dan semakin memuncaklah cinta menjangkit. Semua hal buruk yang menerangkan tentang pasangannya dan berasal dari luar, semua dibantah. Dan pada fase ini terkadang pikiran sudah tidak jernih dalam berpikir. Orang mulai kehilagan logika berpikirnya. Pada fase ini juga sering membuat hubungan persahabatan atau hubungan cinta yang lain menjadi rusak. “Maksud cinta di sini adalah cinta kepada orang tua, harta, atau yang lainnya, karena cinta banyak macamnya”.
            Kembali lagi pada indahnya hubungan cinta antara seorang laki-laki dan perempuan. Ternyata masa indah terjangkiti cinta ini memiliki batasan. Berdasarkan penelitian dr, Enzo Emanuele tadi cinta ini hanya bertahan 12 tahun. Namun banyak pasangan yang belum sampai 12 tahun sudah kehilangan cintanya. Kembali lagi tadi karena cinta memang hanya butuh satu malam untuk merubah cinta menjadi benci. Semakin lama sebuah hubungan akan berbanding lurus dengan kebenaran yang akan terungkap. Satu per satu keburukan yang tertutupi dengan sangat rapat oleh cinta tadi mulai terbuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya membuka keburukan itu secara keseluruhan. Setelah semuanya terkuak kebenarannya, biasanya kecenderungannya adalah untuk pasangan itu memutuskan berpisah, karena memang itu lagika dasarnya.
            Dikatakan logika dasar karena memang yang umum terjadi pasti demikian. Kemudian cinta kembali menunjukan bahwa logika tidak bisa selalu menerjemahkan semua hal secara akurat. Ingatan dari orang yang pernah dijangkiti cinta dan kemudian ditinggalakan mendorong orang tersebut untuk mengingat semua hal indah yang pernah dilaluinya bersama pasangannya. Rasa malas untuk mengulang semua proses yang panjang menuju bahagia bersama pasangan kemudian menjadi penguat untuk tetap mengikat diri dalam sebuah ikatan berpasanagan, selain dari kenangan indah tadi. Kemudian jika sudah menikah, berdasarkan keterangan sumber yang dapat dipercaya, terkadang anak juga menjadi pengikat yang kuat. Orang tua tak mau anaknya mendapat hal negatif dari perpisahan kedua orang tuannya yang kehilangan rasa saling cintanya.  Maka dari itu banyak juga pasangan yang tetap bersama walautidak seharmonis dulu. Juga ada pasangan yang selalu harmonis melebihi waktu 12 tahun. Itulah yang disebut penelitian tidak bisa mempresentasikan segala hal dengan 100% tepat.
            Selain berpengaruh terhadap hubungan manusia dengan manusia lainnya yang kemudian melahirkan hal postif dan negatifnya masing-masing, lebih dari itu cinta bisa disalurkan atau mengarahkan diri seseorang pada hal lain yang lebih baik. Cinta kepada alam misalnya. Seseorang akan melestarikan alam dengan baik karena dia mencintai alam yang dia huni. Bayangkan jika atau puluhan juta orang yang mencintai alam ini, pasti keindahan alam ini akan tetap lestari dan bukan tidak mungkin menjadi semakin indah. Tapi nampaknya cinta nampak lebih selektif dalam menjangkiti korbannya, atau bahkan cenderung enggan menjatuhkan dirinya pada seseorang untuk membawanya mencintai alam ini. Memang begitulah cinta, sulit untuk diterjemahkan, sulit untuk dimengerti, juga sulit untuk ditolak. Logika sering menjadi alternatif terakhir dalam menilai sebuah permasalahan, baik atau buruk. Tapi nampaknya logikapun belum mampu menerjemahkannya, itulah cinta.

Posting Komentar

3 Komentar