Di balik pohon-pohon rindang dan jalanan berdebu, terdapat desa kecil yang jarang terjamah oleh dunia luar. Desa ini dikenal dengan sebutan Desa Kertajaya. Namun, ketenangan di desa ini terusik oleh misteri sumur tua di pinggiran hutan. Kisah mistis tersebut menjadi obrolan warga setempat di warung kopi malam hari.
Sumur tua itu memiliki sejarah yang kelam. Konon, pada zaman dahulu, seorang wanita muda bernama Sari jatuh ke dalam sumur tersebut dan meninggal secara tragis. Warga percaya bahwa arwah Sari masih gentayangan di dalam sumur, mencari keadilan untuk kematian tragisnya.
Setiap malam, penduduk desa dapat mendengar suara-suara aneh berasal dari arah sumur tua. Bisikan-bisikan lembut, tangisan yang menyayat hati, dan terkadang tawa yang menakutkan. Warga desa yang melintasi sumur di malam hari sering merasakan sensasi dingin yang menggigit tulang.
Saat malam tiba, Aris duduk di warung kopi, merokok sambil berkisah kepada Pak Sutomo. "Kau tahu, Pak Sutomo, semalam aku lewat dekat sumur itu. Aku yakin aku mendengar suara tangisan dari dalamnya,” kata Aris pada Pak Sutomo. "Jangan main-main dengan hal-hal seperti itu, Aris. Sumur itu tidak boleh dianggap enteng. Konon, arwah Sari masih berkeliaran di dalamnya,” jawab Pak Sutomo. Kemudian Aris kembali menimpali, "tapi bagaimana kita bisa yakin itu benar? Mungkin hanya suara angin di antara batu-batu sumur."
Seorang pemuda bernama Dika, yang selalu meragukan keberadaan arwah di sumur, memutuskan untuk menyelidiki pada malam hari. Ditemani oleh temannya, Maya, mereka membawa senter dan kamera untuk merekam setiap langkah yang mereka ambil. Maya bertanya, "Dika, apa yang membuatmu ingin menyelidiki sumur ini malam-malam?" "Aku hanya ingin membuktikan bahwa semua cerita ini hanyalah mitos belaka. Tidak mungkin ada arwah di dalam sumur,” jawab Dika. "Tapi, apa jika benar? Apa jika kita menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar mitos?" desak Maya dengan penuh tanda tanya.
Sementara mereka mendekati sumur, suara tangisan yang lembut mulai terdengar. Dika mencoba menyalakan senternya, tapi senter tersebut mati dengan sendirinya.
"Dika, apa yang terjadi? Mengapa sentermu tiba-tiba mati?" tanya Maya.
"Aku tidak tahu, Maya. Tapi, dengarkan, suara tangisan itu semakin keras."
Ketika Dika dan Maya hendak pergi, bayangan perempuan muda muncul dari dalam sumur.
"Dika, kita harus pergi dari sini sekarang juga!" kata Maya.
"Siapa kau? Mengapa kau di sini?" tanya Dika.
"Aku Sari. Aku jatuh ke dalam sumur ini dan meninggal. Aku mencari keadilan untuk kematianku."
Dika dan Maya memutuskan untuk mengumpulkan petunjuk untuk membantu arwah Sari. Mereka menelusuri arsip desa, berbicara dengan tetua-tetua, dan bahkan mencoba melakukan komunikasi dengan arwah Sari menggunakan papan Ouija.
"Maya, aku tidak percaya aku berkutat dengan hal-hal seperti ini. Tapi, kita harus membantu Sari," kata Dika.
"Dika, terkadang keadilan membutuhkan usaha ekstra. Kita harus menemukan siapa yang bersalah," ujar Maya.
Setelah kebenaran terungkap, suara-suara aneh dan bisikan-bisikan dari sumur tua itu perlahan mereda. Desa Kertajaya kembali menemukan kedamaian, dan sumur tua yang dulu menakutkan menjadi saksi dari keadilan yang telah tercapai.
"Sari, kebenaran sudah terungkap. Keluarga pemuda itu akhirnya mengakui perbuatannya," kata Dika.
"Terima kasih, Dika dan Maya. Kalian telah membawa kedamaian untukku. Sekarang aku bisa beristirahat dengan tenang," ujar Sari.
"Kami hanya ingin membantu, Sari. Semoga kau menemukan kebahagiaan di alam sana," kata Maya.
Cerita horor tentang Hantu Sumur Tua di Desa Kertajaya mengajarkan bahwa terkadang kebenaran harus diungkapkan, bahkan jika itu berarti berhadapan dengan hal-hal gaib. Dika dan Maya, meski awalnya meragukan keberadaan arwah, akhirnya membantu arwah Sari menemukan keadilan. Kisah ini menjadi pelajaran bahwa terkadang keberanian untuk berhadapan dengan ketakutan adalah kunci untuk mengakhiri kutukan dan mewujudkan kedamaian.