Pandemi pertama yang tercatat dalam sejarah
terjadi ketika tahun 430 sebelum Masehi. Ketika perang Peloponnesia antara dua
kota utama Yunani kuno, Athena dan Sparta. Strategi yang diterapkan oleh Pericles,
pimpinan dan penggagas utama keagungan Athena, dengan bertahan di dalam tembok
kota untuk menghadapi kepungan pasukan
Sparta yang memiliki kekuatan lebih besar tampaknya membawa hasil yang memuaskan. Namun apa yang terjadi justru diluar perkiraan siapapun. Penduduk Athena justru harus menghadapi maut dikarenakan wabah penyakit yang selama empat tahun kemudian menyebabkan kematian sepertiga warga dan militernya (bbcindonesia.com-08/11/2005).
Sparta yang memiliki kekuatan lebih besar tampaknya membawa hasil yang memuaskan. Namun apa yang terjadi justru diluar perkiraan siapapun. Penduduk Athena justru harus menghadapi maut dikarenakan wabah penyakit yang selama empat tahun kemudian menyebabkan kematian sepertiga warga dan militernya (bbcindonesia.com-08/11/2005).
![]() |
Credit Picture; www.idntimes.com
|
Lebih lanjut dijelaskan oleh Thucydides, ahli
sejarah Yunani, dengan detail tentang gejala-gejala penyakit misterius itu.
Warga yang sehat tiba-tiba diserang penyakit, yang dimulai dengan rasa panas
seperti terbakar di kepala. Kemudian terjadi radang sampai merah membara di
mata dan organ bagian dalam seperti tenggorokan atau lidah. Radang itu sampai
berdarah dan mengeluarkan bau busuk yang tidak alami. Tetapi itu baru permulaan
saja, pasien kemudian menderita bersin dan batuk, diikuti dengan diare,
muntah-muntah dan sekujur tubuh kejang. Kulit penderita menjadi pucat dan
penuhi benjolan serta bisul. Tenggorokan terasa seperti terbakar dan penderita
terus menerus merasa haus. Kebanyakan warga Athena yang terserang penyakit ini
meninggal dunia pada hari ketujuh atau kedelapan. Tetapi ketika penyakit
bergerak ke bagian pencernaan tubuh, yang ditandai dengan luka lambung dan
diare yang parah ditambah dengan daya tahan tubuh yang rentan, kebanyakan orang
saat itu yang mengalami ini juga meninggal. Hanya sedikit orang yang selamat,
tetapi sering kali mereka pun kehilangan jari tangan, jari kaki, alat vital
atau pengelihatan mereka.
Pandemi selanjutnya Pertama kali muncul di
Mesir, wabah Justinian menyebar melalui Palestina dan Kekaisaran Bizantium,
kemudian ke seluruh Mediterania. Efek wabah ini di antaranya mengubah arah kekaisaran,
memadamkan rencana Kaisar Justinian untuk menyatukan Kekaisaran Romawipun
menyebabkan kesulitan ekonomi besar-besaran. Wabah kedua merebak antara tahun 251 dan 266 Masehi, dan
pada masa terburuk wabah itu dikatakan menewaskan 50 juta orang atau 26 % dari
populasi dunia. Wabah ini diyakini sebagai penampilan pertama dari penyakit
pes. Wujud penyakitnya kelenjar limfatik membesar. Ia dibawa oleh tikus dan
disebarkan oleh kutu.
Yersinia pestis, sebelumnya bernama
Pasteurella pestis, adalah bakteri tunggal yang bertanggung jawab terhadap
Wabah Justinian ini. Gejalanya terlihat melalui kondisi yang menakutkan, dengan
tangan penderita yang mengalami nekrosis. Tangan yang jaringannya dirusak oleh
bakteri itu terlihat menghitam dan darah yang mengalir ke organ tersebut mulai
berkurang.
"Orang-orang
tidak memiliki pemahaman yang nyata tentang bagaimana cara melawannya selain
mencoba menghindari orang sakit (yang terinfeksi)," tutur Thomas
Mockaitis, seorang profesor sejarah di Universitas DePaul, Amerika Serikat.
Sampai sekitar tahun 750 Masehi, penyakit ini terus kembali kepada
setiap generasi di Mediterania. Karena sifatnya yang konsisten berulang, banyak
ahli kemudian lebih cenderung menyebutnya "wabah" walau menyebar
secara "pandemik". Satu dari sedikit manusia yang berhasil bertahan
hidup itu adalah Justinian, Sang Kaisar Bizantium.
Sumber:
history.com | Plague of Justinian—No One Left to Die
nationalgeographic.com | Two of History's Deadliest Plagues Were Linked, With Implications for Another Outbreak